Pendahuluan: Nilai Intrinsik Perusahaan
Dalam Jurnal Keuangan, investor rasional selalu mencari Nilai Intrinsik saham, yaitu nilai sebenarnya suatu aset berdasarkan proyeksi arus kas masa depan, bukan harga pasar saat ini. Metode Discounted Cash Flow (DCF) adalah teknik valuasi yang paling dihormati untuk mencapai tujuan ini.
1. Tahapan Dasar Valuasi DCF
Valuasi DCF melibatkan tiga langkah utama:
Proyeksi Arus Kas Bebas (Free Cash Flow/FCF): Memproyeksikan arus kas yang tersedia bagi pemegang utang dan ekuitas selama periode proyeksi (biasanya 5-10 tahun).
Penentuan Terminal Value (Nilai Akhir): Mengestimasi nilai perusahaan setelah periode proyeksi (diasumsikan perusahaan tumbuh pada tingkat yang stabil).
Penghitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC): WACC digunakan sebagai tingkat diskonto untuk membawa semua FCF dan Terminal Value kembali ke nilai saat ini (Present Value).
2. Sensitivitas Model DCF
Model DCF sangat sensitif terhadap dua asumsi input:
Tingkat Pertumbuhan Jangka Panjang (Perpetuity Growth Rate): Asumsi ini sangat memengaruhi Terminal Value. Kenaikan 1% saja dapat mengubah nilai intrinsik secara signifikan.
WACC: WACC yang lebih rendah menghasilkan nilai intrinsik yang jauh lebih tinggi. Investor harus sangat berhati-hati dalam menetapkan tingkat diskonto ini.
3. Margin Keamanan (Margin of Safety)
Karena sensitivitas yang tinggi, seorang analis harus selalu memasukkan Margin of Safety—membeli saham dengan harga di bawah nilai intrinsik DCF yang dihitung—untuk melindungi dari kesalahan asumsi.
Kesimpulan: DCF adalah alat yang canggih, tetapi kekuatannya bergantung pada kualitas dan konservatisme asumsi yang dimasukkan. Pemahaman mendalam tentang sensitivitas model adalah kunci untuk mengukur kualitas pendapatan dan prospek investasi.
